Saturday, December 17, 2016

Pengertian Pestisida Kegunaan Dosis Penggunaan (Tugas Mata Kuliah)




PESTISIDA

1.      Pengertian
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu
Menurut FAO mendefinisi pestisida sebagai "zat atau campuran zat yang bertujuan untuk mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau pemasaran bahan pertanian
2.      Kode dan Komponen Pestisida
Kode dan komponen pestisida pestisida yang beredar dipasaran, dalam kemasannya dilengkapi dengan kode-kode baik berupa tulisan, simbol/warna maupun gambar (pictogram) yang menjelaskan kandungan, sifat, petunjuk penggunaan dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Setiap pestisida mencantumkan nama bahan aktif, formulasi, cara kerja, dosis atau konsentrasi serta cara penggunaannya. Contoh : Winder 25 WP, Winder adalah merek dagangnya, 25 adalah kandungan bahan aktifnya (25%), WP adalah formulasinya (tepung). Di dalam kemasannya tertera juga bahan aktif (imidakloprid) serta dosis penggunaan pada jasad sasaran.
Agar lebih mengenal pestisida, perlu juga diketahui beberapa komponen yang terdapat di dalamnya (menyangkut sifat dan spesifikasinya) :
Ø  Bahan aktif adalah produk khemis yang mengandung kemampuan insektisida
Ø  Agensi antidrift adalah senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi jumlah droplet halus hasil suatu noselkarier adalah bahan inert yang berfungsi sebagai pelarut atau matriks bagi bahan aktif
Ø  Bahan kompatibel adalah bahan yang dapat dicampur bersama tanpa mempengaruhi sifat masing-masing bahan
Ø  Agensi deflokulasi dipergunakan untuk mencegah penggumpalan/agregasi suatu padatan dalam larutan semprot.
Ø  Emulsifier adalah bahan surfaktan yang dipergunakan untuk menstabilkan suspensi cairan dalam cair (mis. minyak dalam air)
Ø  Agensi pembusa adalah bahan kimia yang menyebabkan insektisida menghasilkan busa, sehingga mengurangi drift.
Ø  Penetran merupakan bahan additif atau adjuvan yang membantu insektisida bergerak bebas pada permukaan luar jaringan tanaman
Ø  Propelen adalah bahan inert dalam produk bertekanan (aerosol)
Ø  Surfaktan adalah bahan yang membantu mengefektifkan bahan penyelaras permukaan sasaran (emulsifier, bahan pembasah) ada yang non-ionik (eter poliglikol dan oksida polietilen) ada yang ionik (anionik: SDS/kationik)
Ø  Suspensi adalah partikel halus yang dilarutkan ke dalam cairan (termasuk juga emulsi)
3.      Kegunaan
-          Pestisida digunakan untuk mengendalikan keberadaan hama yang diyakini membahayakan,  misal nyamuk yang dapat membawa berbagai penyakit mematikan seperti virus Nil Barat, demam kuning, dan malaria.
-          Pestisida juga ditujukan kepada hewan yang mampu menyebabkan alergi seperti lebah, tawon, semut, dan sebagainya.
-          Insektisida juga digunakan di peternakan dalam mencegah kehadiran serangga yang mampu menularkan penyakit dan menjadi parasit.
-          Pestisida dapat  digunakan dalam pengawetan makanan, seperti mencegah tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan mencegah serta membunuh tikus yang biasa memakan hasil pertanian yang disimpan.
-          Pestisida dapat menyelamatkan usaha pertanian dengan mencegah hilangnya hasil pertanian akibat serangga dan hama lainnya.

4.      Dosis Penggunaan

Cara termudah menggunakan pestisida sesuai anjuran adalah dengan membaca petunjuk yang terdapat pada label kemasan. Ini harus selalu ditekankan pada petani, karena petani hanya menggunakan pestisida sesuai kebiasaan setempat dan terkadang disama ratakan antar pestisida. 

Tanaman dan jasad sasaran
Konsentrasi formulasi
Cara Aplikasi & volume semprot
Waktu dan interval aplikasi
Padi
-Penggerek batang
0,75 – 1,5 ml/l
penyemprotan volume tinggi dengan volume semprot 400-500 l air/ha.
Saat terjadi serangan dan seterusnya.
 
Asumsi:
§  Konsentrasi formulasi 1,5 ml/l.
§  Volume semprot 500 l/ha.
§  Volume tangki rata-rata: 14 l
§  Tutup pestisida ukuran sedang dengan diameter 3 cm dan tinggi 1,5 cm, perkiraan volumenya adalah 10 ml.
Sebetulnya untuk menentukan dosis tutup/tank sangat mudah. Caranya adalah konsentrasi formulasi x jumlah liter. Untuk kasus diatas (tank 14 liter)  berarti 1,5 x 14 = 21 ml. Setara dengan 2 (dua) tutup/tank.  Rata-rata kebutuhan insektisida untuk padi dengan dosis 1-2 ml/l menggunakan tank ukuran 14 liter adalah:
Tutup kecil (3-5 ml)   : 4-6 tutup/tank Tutup sedang (10ml) : 2-3 tutup/tank

5. Klasifikasi Pestisida

1)      Berdasarkan sifat fisik

  • Padatan (butiran, tepung, pasta, pelet, blok)
  • Cairan
  • Gas (aerosol, fumigan)

2)      Berdasarkan kelompok organisme sasaran

Ø  Insektisida dengan sasaran serangga
Ø  Fungisida dengan sasaran cendawan
Ø  Bakterisida dengan sasaran bakteri
Ø  Herbisida dengan sasaran gulma

3)      Berdasarkan pengaruh pada sasaran

Ø  Kematian/mortalitas
Ø  Penghambat makan
Ø  Pengatur pertumbuhan
Ø  Pemandulan

4)     Berdasarkan bentuk formulasi

5)      Berdasarkan senyawa kimia

Ø  Anorganik (arsen, belerang)
Ø  Hidrokarbon berklor (DDT, endrin)
Ø  Organofosfat (paration, klorpirifos)
Ø  Karbamat (karbofuran, metomil)
Ø  Piretroid (deltametrin, sipermetrin)
Ø  Mikroba (Bacillus thuringiensis, Metarhizium anisopliae)
Ø  Botani (azadiraktin, rotenon)

6)      Berdasarkan cara masuk ke organisme

Ø  Racun kontak, racun perut, dan racun fumigan pada serangga
Ø  Racun sistemik dan racun translaminar pada tanaman
6.      Manifestasi
Sebelum melakukan aplikasi pestisida perlu mendapatkan informasi yang jelas tentang jenis-jenis keracunan yang disebabkan oleh pestisida. Untuk mengetahui secara dini (awal) tentang keracunan pestisida dapat dilakukan dengan dua hal yaitu:
1)      Perasaan (feelings): Yang pada dasarnya dirasakan oleh si penderita sendiri, misalnya pusing, perut mual-mual, mata berkunang-kunang dan perasaan letih
2)      Tanda-tanda (signs): Yaitu keadaan yang dapat dilihat/diamati oleh orang lain. Misalnya : muntah-muntah, gemetar, muka pucat pasi, sempoyongan jalan tidak seimbang dan lain-lain

7.      Keracunan
a.       Keracunan oleh senyawa-senyawa organophospat
Insektisida dari senyawa-senyawa organophosphat ini mempunyai efek keracunan terhadap susunan syaraf. Tanda-tanda dan gejalanya bertingkat-tingkat, yang biasanya berlangsung dengan susunan-susunan sebagai berikut:
1)      Keracunan Lemah (Mila Poisoning) Pada keracunan tingkat pertama ini, sering dijumpai gejala-gejala dan tanda-tanda antara lain: kelelahan tubuh, Sakit Kepala (headache), Pusing-Pusing (Dizziness), Pandangan Kabur (Blurred Vision), Banyak keluar keringat dingin dan air ludah (Sweating and salivation), Perut mual dan muntah-muntah (Nausea and Fomating), Kejang-kejang di perut dan diare (Stomach Cramps and Diarhae)
2)      Keracunan Sedang (Moderate Poisoning)
Pada keracunan tingkat sedang ini, selain ditandai dengan tanda-tanda dan gejala-gejala diatas biasanya juga dijumpai: Penderita tidak dapat berjalan (unable to walk), Badan terasa lemah sekali (Weakness), Terasa sesak di dada (Chest Disconfort), Otot daging terkejat-kejat (Muscle Twitches), Terjadi konstriksi pupil mata (Pupil Constriction), Gejala-gejala meningkat menjadi luas
3)      Keracunan Kuat (Savera Poisoning)
Pada keracunan tingkat hebat/kuat ini terjadi hal-hal sebagai berikut : Penderita tidak sadarkan diri (Unconscious Ness), Kontraksi pupil mata lebih berat (Severa Pupil Constriction), Kejatan-kejatan otot daging meningkat, Keluar sekresi dari mulut dan hidung (Mouth and Nose Secretions), Susah bernafas (Breathing Difficulty), Penderita bisa meninggal dunia bila tidak segera ditolong
Dalam hal keracunan dengan organophospat ini, sering pula terjadi beberapa jam setelah kita terkena racun. Namun bila lebih dari 12 jam sejak kita terakhir”expose” dengan racun baru timbul gejala-gejala tersebut, hal ini mungkin bukan disebabkan oleh keracuan insektisida, tetapi mungkin oleh adanya gangguan-gangguan di tubuh lainnya.
b.      Keracunan oleh senyawa-senyawa carbamat
Pada dasarnya keracunan oleh senyawa/racun karbamat ini hampir sama dengan keracunan golongan organophospat. Tanda-tanda dan gejala-gejalanya hampir sama, bila kita terkena racun karbamat ini. Perbedaan hanya pada tindakan pengobatannya. Umumnya keracunan karbamat ini lebih mudah diobati daripada keracunan oleh golongan organophospat. Dengan alasan ini pula maka pada umumnya racun karbamat ini lebih aman daripada golongan organophospat. Hal ini mneyebabkan pemakaian karbamat untuk pemberantasan serangga perumahan semakin meningkat. Namun demikian selalu pada labelnya terdapat peringatan dan petunjuk penggunaanya serta bahaya yang ditimbulkannya.
c.       Keracunan oleh senyawa-senyawa organochlorine
Nampaknya keracunan akibat organochlorine tidak begitu banyak bagi para petugas atau pemakainya. Hampir semua keracunan oleh golongan ini tidak nampak pada fase permulaan. Bahkan kadang-kadang tidak muncul adanya gejala-gejala dan tanda-tanda keracunan yang spesifik, karena sukar dibedakan dengan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit infeksi lain. Dalam hal ini keracunan fase permulaan hanya ada keluhan dari si penderita dan tanda-tanda ringan misalnya: Sakit kepala, Mual-Mual, Muntah-Muntah, Kelemahan menyeluruh, pusing. Pada keracunan yang agak berat biasanya disertai oleh konsulvi. Si penderita juga sering kedapatan merasa gatal-gatal dan ada perasaan aneh.

d.      Keracunan oleh senyawa-senyawa nitrophenol dan pentachlorophenol
Bila kita mempergunakan racun serangga dari golongan Nitophenal dan Pentachlorophenol memberantas serangga, maka keracunan pada tubuh kita dapat terjadi oleh akibat “Exposure” pada kulit tubuh (Contact poisoning). Biasanya kulit yang terkena racun akan terlihat: Kemerah-merahan (redness), Terbakar (Burning), Nyeri (Blisters).
Keadaan ini sering pula dilanjutkan dengan munculnya tanda-tanda dan gejala-gejala sebagai berikut: Sakit kepala, Mual-mual, Gangguan lambung, Kegelisahan, Rasa kepanasan, Kulit terasa panas, Berkeringat, Pernafasan terasa sesak dan dalam, Detak jantung semakin cepat, Demam, Tampak berwarna kelabu, Jatuh, Pingsan
Pada keracunan hebat maka seorang penderita dapat meninggal atau juga menjadi sehat kembali dalam jangka waktu 25-48 jam kemudian biasanya proses keracunan hebat ini berlangsung sangat cepat.
e.       Keracunan oleh fumigan dan solvent
Jika seseorang terlalu banyak terekspose dengan senyawa fumigan dan solvent ini dapat meracuni tubuh orang tersebut yang didahului dengan munculnya keadaan mabuk.Tanda-tanda dan gejala-gejala yang umumnya terlihat adalah: Kehilangan koordinasi, Berbicara tidak karuan, Serba salah, Perasaan sangat ngantuk
Bila kita terlalu banyak terexpose terhadap fumigan methyl bromida dapat mengakibatkan kerusakan dalam tubuh kita secara permanen tanpa disertai gejala-gejala dan tanda-tanda keracunan sama sekali. Kita dapat menghirup dosis yang mematikan sebelum munculnya gejala-gejala dan tanda-tanda keracunan pada diri kita.


f.       Keracunan oleh golongan insektisida
Hampir semua insektisida dengan dosis tunggal yang cukup besar menyebabkan si penderita muntah-muntah dan sakit perut yang hebat. Tanda-tanda dan gejala-gejala keracunan dari golongan ini sangat tergantung pada jenis bahan-bahan yang membentuknya.
g.      Keracunan oleh insektisida yang berasal dari tanaman
Beberapa jenis insektisida yang dibuat dari tanaman sangat beracun. Pyrethrum murni dapat menyebabkan allergi pada manusia. Beberapa jenis dari Rotenone dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan. Nikotin yang terdapat pada tembakau sering menimbulkan keracunan pada susunan syaraf manusia. Ia memiliki pengaruh racun yang cepat sekali. Demikian juga jenis-jenis dari insektisida lainnya yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan seperti : Strychnine, rotenone dan redsquill
8.        Laboratorium
Dalam pemeriksaan akan nampak terjadinya penurunan aktivitas cholinesterase atau peningkatan kadar asetilcholin. Penurunan aktivitas cholinesterase dalam eritrosit dapat berlangsung hingga 1 – 3 minggu, sedangkan penurunan aktivitas cholinesterase dalam trombosit dapat berlangsung hingga 12 minggu atau 3 bulan.
9.      Pengobatan /Penatalaksaan
a.       Pertolongan pertama
Pada saat kita mengetahui seseorang mengalami keracunan pestisida, kita dapat memberikan pertolongan pertama pada penderita, sebelum dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Lakukan langkah-langkah berikut :
1.      Saat memberikan pertolongan, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah kita tidak boleh terlihat panik. Harus setenang mungkin agar dapat berpikir untuk melakukan tindakan yang paling tepat dan cepat.
2.      Amati secara cermat, jika kulit korban terkena pestisida, buka pakaian dan segeralah cuci sampai bersih dengan air dan sabun.
3.      Jika mata korban terkena pestisida, cuci dengan air yang banyak selama 15 menit, utamakan pencucian menggunakan air pancuran agar pestisida lebih cepat terbawa air.
4.      Jika pestisida tertelan dan korban masih sadar, buatlah korban muntah dengan memberikan larutan air hangat yang telah dicampur dengan garam dapur sebanyak 1 sendok makan penuh. Jika pestisida tertelan, perlu diperhatikan bahwa jangan sekali-kali memberikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
5.      Jika pestisida tertelan dan korban tidak sadar, jangan dirangsang muntah, sangat berbahaya. Jika pestisida tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
6.      Jika pestisida tertelan, dan fungisida dari senyawa tembaga, penderita jangan dirangsang muntah, rangsanglah untuk buang air besar atau bilas lambung.
7.      Jika berhenti bernapas, segera bikin pernapasan buatan. Pastikan mulut bersih dari air liur, lendir, atau makanan yang menyumbat pernapasan.
8.      Jangan memberikan susu atau makanan berminyak pada korban keracunan organoklorin, karena pemberian susu atau makanan berminyak justru akan menambah penyerapan organoklorin oleh organ pencernaan.
9.      Jika korban tidak sadar, usahakan jalan pernapasan tidak terganggu. Bersihkan mulut dari air liur, lendir, atau makanan. Jika korban memakai gigi palsu, lepaskan gigi palsu. Kemudian letakkan korban pada posisi tengkurap, dengan kepala menghadap ke samping dan bertumpu pada kedua tangannya yang ditekuk.
10.  Jika penderita mengalami kejang, maka usahakan tidak ada yang membuat korban cidera. Taruh bantal di bawah kepala korban, lalu longgarkan pakaian di sekitar leher. Ganjal mulut agar korban tidak menggigit bibir dan lidahnya.
11.  Setelah itu bawalah segera penderita ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Tunjukkan kemasan pestisida yang telah meracuninya kepada para medis agar dapat ditentukan dengan cepat penanganan yang paling tepat. 


b. Penanganan di RS Pengobatan
1)      Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar ini tidak berbahaya pada keracunan organofosfat dan harus dulang setiap 10 – 15 menit sampai terlihat gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah merah, kulit dan mulut kering, midriasis dan takikardi. Kewmudian atropinisasi ringan ini harus dipertahankan selama 24 – 48 jam, karena gejala-gejala keracunan organofosfat biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin dibutuhkan sampai 50 mg atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 – 2 mg selang beberapa jam, tergantung kebutuhan. Atropin akan menghialngkan gejala –gejala muskarinik perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin) maupun sentral. Pernafasan diperbaiki karena atropin melawan brokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi pernafasan di otak, tetapi atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yang berupa kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2)      Pralidoksim ; Diberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator enzim kolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah keracunan, keefektifannya dipertanyakan. Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot tidak ada perbaikan, dosis dapat diulangi dalam 1 – 2 jam. Pengobatan umumnya dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. (1) Pralidoksim dapat mengaktifkan kembali enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot rangka sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.



Referensi:
1.      Jurnal Artikel. Mariani Rini,Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007
2.      Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Keracunan Pestisida, [Internet] tanggal 4 Nopember 2015
3.    Tingkat pengetahuan bahaya pestisida dan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani di karanganyar https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/     11617/3671/Sularti-   20Abi%20Muhlisin%20Fix%20bgt. pdf? sequence=1
4.      http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/jurnal_pdf/181/Ameriana_kimia.pdf
 




No comments:

Post a Comment