PESTISIDA
1. Pengertian
Pestisida adalah bahan yang digunakan
untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Nama
ini berasal dari pest ("hama")
yang diberi akhiran -cide
("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang
dianggap mengganggu
Menurut
FAO
mendefinisi pestisida sebagai "zat atau campuran zat yang bertujuan untuk
mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit
bagi manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang
dapat menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi,
atau pemasaran bahan pertanian
2.
Kode dan Komponen Pestisida
Kode dan komponen pestisida pestisida yang beredar
dipasaran, dalam kemasannya dilengkapi dengan kode-kode baik berupa tulisan, simbol/warna
maupun gambar (pictogram) yang menjelaskan kandungan, sifat, petunjuk
penggunaan dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Setiap pestisida
mencantumkan nama bahan aktif, formulasi, cara kerja, dosis atau konsentrasi
serta cara penggunaannya. Contoh : Winder 25 WP, Winder adalah merek dagangnya,
25 adalah kandungan bahan aktifnya (25%), WP adalah formulasinya (tepung). Di
dalam kemasannya tertera juga bahan aktif (imidakloprid) serta dosis penggunaan
pada jasad sasaran.
Agar lebih mengenal pestisida, perlu juga diketahui beberapa komponen yang terdapat di dalamnya (menyangkut sifat dan spesifikasinya) :
Agar lebih mengenal pestisida, perlu juga diketahui beberapa komponen yang terdapat di dalamnya (menyangkut sifat dan spesifikasinya) :
Ø Bahan aktif adalah produk khemis yang mengandung kemampuan
insektisida
Ø Agensi antidrift adalah senyawa yang dipergunakan
untuk mengurangi jumlah droplet halus hasil suatu noselkarier adalah bahan
inert yang berfungsi sebagai pelarut atau matriks bagi bahan aktif
Ø Bahan kompatibel adalah bahan yang dapat dicampur
bersama tanpa mempengaruhi sifat masing-masing bahan
Ø Agensi deflokulasi dipergunakan untuk mencegah
penggumpalan/agregasi suatu padatan dalam larutan semprot.
Ø Emulsifier adalah bahan surfaktan yang dipergunakan untuk
menstabilkan suspensi cairan dalam cair (mis. minyak dalam air)
Ø Agensi pembusa adalah bahan kimia yang menyebabkan
insektisida menghasilkan busa, sehingga mengurangi drift.
Ø Penetran merupakan bahan additif atau adjuvan yang membantu
insektisida bergerak bebas pada permukaan luar jaringan tanaman
Ø Propelen adalah bahan inert dalam produk bertekanan (aerosol)
Ø Surfaktan adalah bahan yang membantu mengefektifkan bahan
penyelaras permukaan sasaran (emulsifier, bahan pembasah) ada yang non-ionik
(eter poliglikol dan oksida polietilen) ada yang ionik (anionik: SDS/kationik)
Ø Suspensi adalah partikel halus yang dilarutkan ke dalam cairan
(termasuk juga emulsi)
3.
Kegunaan
-
Pestisida
digunakan untuk mengendalikan keberadaan hama yang diyakini membahayakan, misal nyamuk yang dapat membawa berbagai
penyakit mematikan seperti virus Nil Barat, demam kuning, dan malaria.
-
Pestisida
juga ditujukan kepada hewan yang mampu menyebabkan alergi seperti lebah, tawon, semut, dan sebagainya.
-
Insektisida
juga digunakan di peternakan dalam mencegah kehadiran
serangga yang mampu menularkan penyakit dan menjadi parasit.
-
Pestisida
dapat digunakan dalam pengawetan
makanan, seperti mencegah tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan mencegah
serta membunuh tikus yang biasa memakan hasil pertanian yang disimpan.
-
Pestisida
dapat menyelamatkan usaha pertanian dengan mencegah hilangnya hasil pertanian
akibat serangga dan hama lainnya.
4.
Dosis Penggunaan
Cara termudah menggunakan
pestisida sesuai anjuran adalah dengan membaca petunjuk yang terdapat pada label kemasan. Ini harus
selalu ditekankan pada petani, karena petani hanya menggunakan pestisida sesuai
kebiasaan setempat dan terkadang disama ratakan antar pestisida.
Tanaman dan jasad sasaran
|
Konsentrasi formulasi
|
Cara Aplikasi & volume semprot
|
Waktu dan interval aplikasi
|
Padi
-Penggerek batang
|
0,75 – 1,5 ml/l
|
penyemprotan volume
tinggi dengan volume semprot 400-500 l air/ha.
|
Saat terjadi
serangan dan seterusnya.
|
Asumsi:
§ Konsentrasi
formulasi 1,5 ml/l.
§ Volume
semprot 500 l/ha.
§ Volume
tangki rata-rata: 14 l
§ Tutup
pestisida ukuran sedang dengan diameter 3 cm dan tinggi 1,5 cm, perkiraan
volumenya adalah 10 ml.
Sebetulnya untuk
menentukan dosis tutup/tank sangat mudah. Caranya adalah konsentrasi formulasi
x jumlah liter. Untuk kasus diatas (tank 14 liter) berarti 1,5 x 14 = 21
ml. Setara dengan 2 (dua) tutup/tank. Rata-rata kebutuhan insektisida untuk padi dengan dosis
1-2 ml/l menggunakan tank ukuran 14 liter adalah:
Tutup kecil
(3-5 ml) : 4-6 tutup/tank Tutup sedang
(10ml) : 2-3 tutup/tank
5. Klasifikasi Pestisida
1) Berdasarkan sifat fisik
- Padatan (butiran, tepung, pasta, pelet, blok)
- Cairan
- Gas (aerosol, fumigan)
2) Berdasarkan kelompok organisme sasaran
Ø
Insektisida dengan sasaran serangga
Ø
Fungisida dengan sasaran cendawan
Ø
Bakterisida dengan sasaran bakteri
Ø
Herbisida dengan sasaran gulma
3) Berdasarkan pengaruh pada sasaran
Ø
Kematian/mortalitas
Ø
Penghambat makan
Ø
Pengatur pertumbuhan
Ø
Pemandulan
4) Berdasarkan bentuk formulasi
5) Berdasarkan senyawa kimia
Ø
Anorganik (arsen, belerang)
Ø
Hidrokarbon berklor (DDT, endrin)
Ø
Organofosfat (paration, klorpirifos)
Ø
Karbamat (karbofuran, metomil)
Ø
Piretroid (deltametrin, sipermetrin)
Ø
Mikroba (Bacillus thuringiensis, Metarhizium anisopliae)
Ø
Botani (azadiraktin, rotenon)
6) Berdasarkan cara masuk ke organisme
Ø
Racun kontak, racun perut, dan racun fumigan pada serangga
Ø
Racun sistemik dan racun translaminar pada tanaman
6.
Manifestasi
Sebelum melakukan
aplikasi pestisida perlu mendapatkan informasi yang jelas tentang jenis-jenis
keracunan yang disebabkan oleh pestisida. Untuk mengetahui secara dini (awal)
tentang keracunan pestisida dapat dilakukan dengan dua hal yaitu:
1) Perasaan (feelings): Yang pada
dasarnya dirasakan oleh si penderita sendiri, misalnya pusing, perut mual-mual,
mata berkunang-kunang dan perasaan letih
2) Tanda-tanda (signs): Yaitu
keadaan yang dapat dilihat/diamati oleh orang lain. Misalnya : muntah-muntah,
gemetar, muka pucat pasi, sempoyongan jalan tidak seimbang dan lain-lain
7.
Keracunan
a. Keracunan oleh senyawa-senyawa
organophospat
Insektisida dari
senyawa-senyawa organophosphat ini mempunyai efek keracunan terhadap susunan
syaraf. Tanda-tanda dan gejalanya bertingkat-tingkat, yang biasanya berlangsung
dengan susunan-susunan sebagai berikut:
1) Keracunan Lemah (Mila Poisoning)
Pada keracunan tingkat pertama ini, sering dijumpai gejala-gejala dan tanda-tanda
antara lain: kelelahan tubuh, Sakit Kepala (headache), Pusing-Pusing
(Dizziness), Pandangan Kabur (Blurred Vision), Banyak keluar keringat dingin
dan air ludah (Sweating and salivation), Perut mual dan muntah-muntah (Nausea
and Fomating), Kejang-kejang di perut dan diare (Stomach Cramps and Diarhae)
2) Keracunan Sedang (Moderate
Poisoning)
Pada
keracunan tingkat sedang ini, selain ditandai dengan tanda-tanda dan
gejala-gejala diatas biasanya juga dijumpai: Penderita tidak dapat berjalan
(unable to walk), Badan terasa lemah sekali (Weakness), Terasa sesak di dada
(Chest Disconfort), Otot daging terkejat-kejat (Muscle Twitches), Terjadi
konstriksi pupil mata (Pupil Constriction), Gejala-gejala meningkat menjadi
luas
3) Keracunan Kuat (Savera Poisoning)
Pada
keracunan tingkat hebat/kuat ini terjadi hal-hal sebagai berikut : Penderita
tidak sadarkan diri (Unconscious Ness), Kontraksi pupil mata lebih berat
(Severa Pupil Constriction), Kejatan-kejatan otot daging meningkat, Keluar
sekresi dari mulut dan hidung (Mouth and Nose Secretions), Susah bernafas
(Breathing Difficulty), Penderita bisa meninggal dunia bila tidak segera
ditolong
Dalam hal keracunan
dengan organophospat ini, sering pula terjadi beberapa jam setelah kita terkena
racun. Namun bila lebih dari 12 jam sejak kita terakhir”expose” dengan racun
baru timbul gejala-gejala tersebut, hal ini mungkin bukan disebabkan oleh
keracuan insektisida, tetapi mungkin oleh adanya gangguan-gangguan di tubuh
lainnya.
b. Keracunan oleh senyawa-senyawa
carbamat
Pada dasarnya
keracunan oleh senyawa/racun karbamat ini hampir sama dengan keracunan golongan
organophospat. Tanda-tanda dan gejala-gejalanya hampir sama, bila kita terkena
racun karbamat ini. Perbedaan hanya pada tindakan pengobatannya. Umumnya
keracunan karbamat ini lebih mudah diobati daripada keracunan oleh golongan
organophospat. Dengan alasan ini pula maka pada umumnya racun karbamat ini
lebih aman daripada golongan organophospat. Hal ini mneyebabkan pemakaian
karbamat untuk pemberantasan serangga perumahan semakin meningkat. Namun
demikian selalu pada labelnya terdapat peringatan dan petunjuk penggunaanya
serta bahaya yang ditimbulkannya.
c. Keracunan oleh senyawa-senyawa
organochlorine
Nampaknya keracunan
akibat organochlorine tidak begitu banyak bagi para petugas atau pemakainya.
Hampir semua keracunan oleh golongan ini tidak nampak pada fase permulaan.
Bahkan kadang-kadang tidak muncul adanya gejala-gejala dan tanda-tanda
keracunan yang spesifik, karena sukar dibedakan dengan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit infeksi lain. Dalam hal ini keracunan fase permulaan
hanya ada keluhan dari si penderita dan tanda-tanda ringan misalnya: Sakit
kepala, Mual-Mual, Muntah-Muntah, Kelemahan menyeluruh, pusing. Pada keracunan
yang agak berat biasanya disertai oleh konsulvi. Si penderita juga sering
kedapatan merasa gatal-gatal dan ada perasaan aneh.
d. Keracunan oleh senyawa-senyawa
nitrophenol dan pentachlorophenol
Bila kita
mempergunakan racun serangga dari golongan Nitophenal dan Pentachlorophenol
memberantas serangga, maka keracunan pada tubuh kita dapat terjadi oleh akibat
“Exposure” pada kulit tubuh (Contact poisoning). Biasanya kulit yang terkena
racun akan terlihat: Kemerah-merahan (redness), Terbakar (Burning), Nyeri
(Blisters).
Keadaan ini sering
pula dilanjutkan dengan munculnya tanda-tanda dan gejala-gejala sebagai
berikut: Sakit kepala, Mual-mual, Gangguan lambung, Kegelisahan, Rasa kepanasan,
Kulit terasa panas, Berkeringat, Pernafasan terasa sesak dan dalam, Detak
jantung semakin cepat, Demam, Tampak berwarna kelabu, Jatuh, Pingsan
Pada keracunan hebat
maka seorang penderita dapat meninggal atau juga menjadi sehat kembali dalam
jangka waktu 25-48 jam kemudian biasanya proses keracunan hebat ini berlangsung
sangat cepat.
e. Keracunan oleh fumigan dan solvent
Jika
seseorang terlalu banyak terekspose dengan senyawa fumigan dan solvent ini
dapat meracuni tubuh orang tersebut yang didahului dengan munculnya keadaan
mabuk.Tanda-tanda dan gejala-gejala yang umumnya terlihat adalah: Kehilangan
koordinasi, Berbicara tidak karuan, Serba salah, Perasaan sangat ngantuk
Bila
kita terlalu banyak terexpose terhadap fumigan methyl bromida dapat
mengakibatkan kerusakan dalam tubuh kita secara permanen tanpa disertai
gejala-gejala dan tanda-tanda keracunan sama sekali. Kita dapat menghirup dosis
yang mematikan sebelum munculnya gejala-gejala dan tanda-tanda keracunan pada
diri kita.
f. Keracunan oleh golongan
insektisida
Hampir semua
insektisida dengan dosis tunggal yang cukup besar menyebabkan si penderita
muntah-muntah dan sakit perut yang hebat. Tanda-tanda dan gejala-gejala
keracunan dari golongan ini sangat tergantung pada jenis bahan-bahan yang
membentuknya.
g. Keracunan oleh insektisida yang
berasal dari tanaman
Beberapa jenis
insektisida yang dibuat dari tanaman sangat beracun. Pyrethrum murni dapat
menyebabkan allergi pada manusia. Beberapa jenis dari Rotenone dapat
mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan. Nikotin yang terdapat pada
tembakau sering menimbulkan keracunan pada susunan syaraf manusia. Ia memiliki
pengaruh racun yang cepat sekali. Demikian juga jenis-jenis dari insektisida
lainnya yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan seperti : Strychnine, rotenone dan
redsquill
8.
Laboratorium
Dalam
pemeriksaan akan nampak terjadinya penurunan aktivitas cholinesterase atau peningkatan
kadar asetilcholin. Penurunan aktivitas cholinesterase dalam eritrosit dapat
berlangsung hingga 1 – 3 minggu, sedangkan penurunan aktivitas cholinesterase
dalam trombosit dapat berlangsung hingga 12 minggu atau 3 bulan.
9.
Pengobatan /Penatalaksaan
a. Pertolongan pertama
Pada saat kita mengetahui
seseorang mengalami keracunan pestisida, kita dapat memberikan pertolongan
pertama pada penderita, sebelum dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Lakukan langkah-langkah berikut :
1. Saat memberikan pertolongan, hal
yang paling penting untuk diperhatikan adalah kita tidak boleh terlihat panik.
Harus setenang mungkin agar dapat berpikir untuk melakukan tindakan yang paling
tepat dan cepat.
2. Amati secara cermat, jika kulit
korban terkena pestisida, buka pakaian dan segeralah cuci sampai bersih dengan
air dan sabun.
3. Jika mata korban terkena
pestisida, cuci dengan air yang banyak selama 15 menit, utamakan pencucian
menggunakan air pancuran agar pestisida lebih cepat terbawa air.
4. Jika pestisida tertelan dan korban
masih sadar, buatlah korban muntah dengan memberikan larutan air hangat yang
telah dicampur dengan garam dapur sebanyak 1 sendok makan penuh. Jika pestisida
tertelan, perlu diperhatikan bahwa jangan sekali-kali memberikan pernapasan
buatan dari mulut ke mulut.
5. Jika pestisida tertelan dan
korban tidak sadar, jangan dirangsang muntah, sangat berbahaya. Jika pestisida
tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
6. Jika pestisida tertelan, dan
fungisida dari senyawa tembaga, penderita jangan dirangsang muntah, rangsanglah
untuk buang air besar atau bilas lambung.
7. Jika berhenti bernapas, segera
bikin pernapasan buatan. Pastikan mulut bersih dari air liur, lendir, atau
makanan yang menyumbat pernapasan.
8. Jangan memberikan susu atau
makanan berminyak pada korban keracunan organoklorin, karena pemberian
susu atau makanan berminyak justru akan menambah penyerapan organoklorin oleh
organ pencernaan.
9. Jika korban tidak sadar, usahakan
jalan pernapasan tidak terganggu. Bersihkan mulut dari air liur, lendir, atau
makanan. Jika korban memakai gigi palsu, lepaskan gigi palsu. Kemudian letakkan
korban pada posisi tengkurap, dengan kepala menghadap ke samping dan bertumpu
pada kedua tangannya yang ditekuk.
10. Jika penderita mengalami kejang,
maka usahakan tidak ada yang membuat korban cidera. Taruh bantal di bawah
kepala korban, lalu longgarkan pakaian di sekitar leher. Ganjal mulut agar
korban tidak menggigit bibir dan lidahnya.
11. Setelah itu bawalah segera
penderita ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Tunjukkan kemasan pestisida
yang telah meracuninya kepada para medis agar dapat ditentukan dengan cepat
penanganan yang paling tepat.
b. Penanganan di RS Pengobatan
1) Segera diberikan antidotum Sulfas
atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar ini tidak berbahaya pada keracunan
organofosfat dan harus dulang setiap 10 – 15 menit sampai terlihat
gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah merah, kulit dan mulut
kering, midriasis dan takikardi. Kewmudian atropinisasi ringan ini harus
dipertahankan selama 24 – 48 jam, karena gejala-gejala keracunan organofosfat
biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin dibutuhkan sampai 50 mg
atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 – 2 mg selang beberapa jam,
tergantung kebutuhan. Atropin akan menghialngkan gejala –gejala muskarinik
perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin) maupun sentral. Pernafasan
diperbaiki karena atropin melawan brokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus
dan melawan depresi pernafasan di otak, tetapi atropin tidak dapat melawan
gejala kolinergik pada otot rangka yang berupa kelumpuhan otot-otot rangka,
termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2) Pralidoksim ; Diberikan segera
setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator enzim kolinesterase.
Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah keracunan, keefektifannya
dipertanyakan. Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot
tidak ada perbaikan, dosis dapat diulangi dalam 1 – 2 jam. Pengobatan umumnya
dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan
tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. (1) Pralidoksim dapat mengaktifkan
kembali enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot
rangka sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.
Referensi:
1.
Jurnal Artikel. Mariani Rini,Media
Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007
2. Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Keracunan Pestisida, [Internet] tanggal 4
Nopember 2015
3. Tingkat pengetahuan bahaya pestisida dan kebiasaan pemakaian alat
pelindung diri dilihat dari munculnya tanda gejala keracunan pada kelompok tani
di karanganyar
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/ 11617/3671/Sularti- 20Abi%20Muhlisin%20Fix%20bgt. pdf?
sequence=1
4. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/jurnal_pdf/181/Ameriana_kimia.pdf
No comments:
Post a Comment