Musik merupakan bunyi yang dianggap enak oleh
pendengarnya yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan
orang.
Penggunaan musik sebagai terapi sebenarnya telah dikenal manusia sejak jaman Yunani kuno, pada waktu itu dikembangkan oleh Plato dan Pythagoras. Pada perang dunia I dan II, terapi musik bahkan telah digunakan untuk menolong para korban, saat itu penggunaan terapi musik dilaporkan dapat menyembuhkan dan memulihkan kondisi korban perang lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak (Samuel, 2007). Dewasa ini studi tentang terapi musik semakin banyak dikembangkan, lebih-lebih setelah diketahuinya pengaruh Mozart pada tahun 1993.
Penggunaan musik sebagai terapi sebenarnya telah dikenal manusia sejak jaman Yunani kuno, pada waktu itu dikembangkan oleh Plato dan Pythagoras. Pada perang dunia I dan II, terapi musik bahkan telah digunakan untuk menolong para korban, saat itu penggunaan terapi musik dilaporkan dapat menyembuhkan dan memulihkan kondisi korban perang lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak (Samuel, 2007). Dewasa ini studi tentang terapi musik semakin banyak dikembangkan, lebih-lebih setelah diketahuinya pengaruh Mozart pada tahun 1993.
Dalam bidang
kedokteran, terapi musik dikenal sebagai Complementary
Medicine yang dapat digunakan
untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan
kesehatan fisik, mental, emosional, maupun spritual dengan menggunakan
bunyi atau irama tertentu (Samuel, 2007). Beberapa peneliti telah membuktikan
bahwa musik dapat menurunkan keluhan baik fisik maupun mental. Dr Raymond Bahr, seorang ahli jantung dari
Amerika telah membuktikan bahwa pada pasien dengan kasus serangan jantung yang
membutuhkan perawatan intensif, setelah satu setengah jam mendengar musik
lembut menampakkan pengaruh terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat
penenang Valium 10 miligram. Penelitian di State University of New York di
Buffalo, juga membuktikan bahwa sejak terapi musik digunakan pada pasien yang
dilakukan pembedahan, kebutuhan akan obat penenang turun drastis hingga 50%. Disamping itu, karena pada saat dioperasi dengan anastesi
lokal kebanyakan dari pasien menjadi lebih rileks, maka jarang terjadi
komplikasi, sehingga dapat mempersingkat masa rawat inap pasien (Ochmann, 1999
; Anonymous, 2007).
Penelitian sejenis tentang terapi musik juga membuktikan bahwa musik berpengaruh
terapi pada keluhan fisik lain seperti pada pasien luka bakar, diabetes,
kanker, stroke, dan juga memperbaiki kualitas hidup bagi pasien yang mengalami
sakit berkepanjangan, termasuk untuk melengkapi perawatan AIDS (Pandoe,
2006). Dalam penanganan nyeri, manfaat terapi dari musik sudah
banyak disarankan oleh para ahli, saran ini salah satunya didasarkan pada
penelitian yang dilakukan terhadap 500 pasien yang baru menjalani pembedahan
perut, mereka mengaku bahwa setelah rutin mendengarkan musik, sakitnya menjadi
berkurang dan pengaruhnya sama dengan mereka yang mengkonsumsi obat analgesik (Kompas, 2007).
Musik terbukti mampu
meringankan rasa nyeri karena saraf untuk mendengar-kan musik dan saraf
penghantar nyeri mempunyai jalur yang sama, sehingga mempengaruhi perhatian
atau kewaspadaan seseorang terhadap nyeri. Penelitian lain juga membuktikan
bahwa mendengarkan musik lembut secara teratur dapat menurunkan tekanan darah,
merangsang S-IgA (immunoglobulin tipe A kelenjar ludah yang berfungsi
mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan denyut nadi), dan merangsang
peningkatan endorphin serta serotonin yang berpengaruh mengurangi nyeri dan
membuat tubuh merasa lebih nyaman. Salah satu jenis musik yang terbukti berefek
positif terhadap kesehatan adalah musik instrumentalia, hal ini karena musik instrumentalia
diketahui mempunyai irama musik lembut dan teratur yang dianggap menyerupai
irama denyut jantung manusia (Anonymous, 2007).
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat
ini penggunaan musik sudah tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu lagi,
seseorang dapat dengan bebas mengakses musik kapan serta dimana saja tanpa harus
mengganggu orang lain. Terapi musik merupakan
intervensi alami non invasif yang dapat diterapkan secara sederhana, tidak
selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, harga terjangkau, dan tidak
menimbulkan efek samping. Namun sampai saat ini penggunaan musik untuk
penanganan nyeri terutama pada pasien-pasien di rumah sakit belum secara nyata
direkomendasikan atau diterapkan, termasuk dalam menangani nyeri akibat
prosedur invasif atau perawatan luka.
Nah, enak ta, mantap ta; ternyata musik bukan cuma untuk
hiburan dan mencari materi, tetapi dapat membantu sebagai terapy noninvasif dan
tanpa efek samping.
Anda ingin mengembangakan riset tentang musik
??????,,,,
I like the valuable information you provide in your articles. I'll bookmark your weblog and check again here regularly. I am quite sure I'll learn many new stuff right here! Good luck for the next! gmail login email
ReplyDelete